Analisis bab 4 dari buku Philosophical
Foundations of Education
(Howard
A.Ozmon dan Samuel M Craver)
Sesungguhnya teori pragmatisme terlihat sangat baik. Terutama dalam dunia
pendidikan saat ini. Salah satu contohnya terlihat dalam metode pengajaran yang
berbasis student center seolah-olah sangat efektif dalam kemajuan dunia pendidikan.
Namun setelah diteliti lebih lanjut sesungguhnya pandangan ini bertentangan
Kekristenan. Sehingga pendidikan Kristen
tidak mungkin menerima gagasan dan padangan pragmatismeee. (Namun tidak
dapat dipungkiri pendidikan dipengaruhi pandangan tersebut, menurut George R
Knight, kita dapat memilih mengunakan padangan tersebut namun kesesuaian tersebut harus ditentukan dari
perspektif Kristen.) Beberapa penyebab ketidakmungkinan hal ini adalah sebagai
berikut:
Menurut George R Knight, pendidikan Kristen harus dibangun di atas sebuah
pandangan Kristen mengenai realitas (Knight, 2009). Tuhan adalah realitas sentral yang menjadi dasar atas segala sesuatu (Rom 1:20).
Segala sesuatu ada karena Allah ada. Sedangkan pendidikan pragmatismeee adalah humanis (human center) dimana manusia mejadi
patokan dalam segala sesuatu. Pengetahuan manusia harus dinilai dan diukur
dengan kehidupan praktis. Maka suatu teori dikatakan benar jika berfungsi praktis
bagi kehidupan manusia.
Tidak ada kebenaran mutlak dalam pragmatisme. Sehingga tidak ada kesadaran dan tujuan hidup diatas
sebuah kebenaran yang mutlak. Kebenaran tidak terletak di luar dirinya, tetapi
manusialah yang menciptakan
kebenaran. Sedangkan dalam
Kekristenan, kebenaran mutlak ada di luar dirinya yang hanya dapat dimengerti
oleh manusia jika Tuhan pencipta yang mewahyukan. Wahyu Tuhan dinyatakan di
dalam Alkitab yang diyakini orang Kristen sebagai kebenaran absolut (2 Tim 3:
16-17).
Perbedaan-perbedaan yang sangat mendasar tersebutlah yang membangun atau
yang menjadi patokan saat memandang siswa, peran guru, isi kurikulum, metode
pengajaran, dsb. (dapat dilihat lebih jelas dalam tabel perbedaan pragmatis dan
Kekristenan). Sehingga jika kita memegang pragmatismeee, pendidikan tidak akan
memiliki tujuan yang jelas karena bersifat sangat relative dan pendidikan akan
menjauhkan siswa dari kebenaran bahwa mereka adalah warga kerajaan Allah.
Tabel. Perbedaan Pandangan Pragmatisme dan Pandangan Kristen
Tabel. Perbedaan Pandangan Pragmatisme dan Pandangan Kristen
Pandangan mengenai
|
Perbedaan
|
|
Pandangan Pragmatisme
|
Pandangan Kristen
|
|
Realitas
|
Pragmatis berpandangan bahwa realitas harus berdasarkan pengalaman.
Seseorang mengetahui tetang materi hanya saat mereka merasakannya dan
merefleksikan pengalaman dengan akal budi (rasio). |
Tuhan adalah realitas sentral yang menjadi
dasar atas segala sesuatu (Rom 1:20).
Segala sesuatu ada karena Allah ada
|
Kebenaran
|
Sebuah pernyataan diklaim sebagai benar jika
dapat diuji dengan pengalaman. Sehingga pandangan ini tidak mengakui
kebenaran absolut.
|
kebenaran mutlak ada di luar dirinya yang hanya
dapat dimengerti oleh manusia jika Tuhan pencipta yang mewahyukan. Wahyu
Tuhan dinyatakan di dalam Alkitab yang menjadi kebenaran mutlak.
|
Pengetahuan
|
Pengetahuan manusia harus
dinilai dan diukur dengan kehidupan praktis. Maka suatu teori dikatakan benar
jika berfungsi praktis bagi kehidupan manusia. |
Allah adalah sumber dari pengetahuan. (Amsal
1:7). Segala kebenaran adalah kebenaran Allah. Manusia tidak pernah
menciptakan sesuatu. Manusia hanya menemukan hal-hal yang Tuhan nyatakan.
|
Tujuan pendidikan
|
Pendidikan
bertujuan untuk menumbuhkan anak menjadi manusia yang mandiri,
bertanggung-jawab, dan dapat memecahkan persoalan hidupnya sendiri.
|
Pendidikan sebagai pewujudan dalam usaha pengembalian
gambar dan rupa Allah dalam murid dan rekonsiliasi murid dengan Tuhan melalui
Kristus.
|
Guru
|
Guru sebagai fasilitator dan motivator. Guru berperan aktif menciptakan lingkungan belajar
yang aktif
(John Dewey)
|
Guru adalah agen rekonsiliasi. Guru tidak hanya
sekedar memberi informasi atau menjadi fasilitator untuk membuat siswa mampu
bermasyarakat, dll.
|
Murid
|
Murid mengetahui tentang materi saat mereka
merasakan dan merefleksikan pengalaman dengan akal budi mereka.
Murid belajar untuk mengontrol tindakan sendiri.
Mereka belajar untuk memiliki pengaruh yang kuat dalam komunitasnya, dan
dapat berpartisipasi dalam setiap kesempatan yang ada. Orang yang sudah
terdidik bertumbuh dengan cara seperti ini, dan pertumbuhan itu bergantung
pada lingkungan baik yang diberikan.
|
Pendidik Kristen menyadari bahwa tiap murid
adalah warga kerajaan Allah. Namun pendidik juga harus ingat bahwa apa yang
ada terlihat dari perilaku luar siswa, inti permasalah sesungguhnya adalah dosa
yang membuat image of God rusak namun tidak hilang. (Kej 3; 9:6)
Oleh karena itu guru harus mengakui dan
menghormati individualitas, keunikan dan harga diri setiap anak karena mereka
diciptakan oleh Tuhan yang adalah Pribadi agung,
|
Metode pengajaran
|
metode
pengajaran yang diterapkan pun metode yang membuat siswa aktif belajar dan
semua materi harus berdasarkan fakta-fakta.
Siswa
bekerja dalam kelompok, dan mereka menghadapi berbagai masalah tentang
jenis-jenis skema alokasi yang digunakan
|
Metode pengajaran haruslah mempertimbangkan
etika Kristen yaitu menebus (mengembalikan hubungan-hubungan yang rusak
karena dosa kepada keutuhan saat mereka diciptakan). Metode yang
mengembangkan hidup yang seperti Kristus (George R Knight)
|
Kurikulum
|
Kurikulum pendidikan pragmatis
berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa ke sekolah
dapat menentukan kurikulum karena guru menyesuaikan bahan ajar sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. |
Semua subyek berdasarkan hubungan pada
eksistensi dan tujuan dari Tuhan-pencipta (George R. Knight).
Mengintegrasikan detil-detil pengetahuan dengan
kebenaran Firman Tuhan. Karena segala kebenaran adalah kebenaran Allah.
|
REFERENSI
Knight, George R. 2009. Filsafat & Pendidikan: Sebuah Pendahuluan dari Perspektif Kristen.
Jakarta: Universitas Pelita Harapan Press
Tidak ada komentar :
Posting Komentar