Mengenai Saya

Foto Saya
Sentani, Jayapura, Indonesia
I belong to God. He has been redeem and forgive of all my sins. He has change me from who i was to who i'm now so.. it's only by His grace--> By using this blog, I want to share how great is God's grace in my life. I also want to share how does He lead and mold me to be more Christ-like each day.

Jumat, 27 April 2012

when I walk through the darkest valley

hari ini felling aku gak banget. meloow sepanjang hari dari pagi. kecewa sama diriku sendiri, pengen nangis, marah, kesel, macem2 rasanya. (*pernah gak sih ngerasa gitu?) penyebab?
klo philip yancey punya judul buku "kekecewaan terhadap Tuhan" (*kudu baca tuch buku highly recommended) nah, judul ala silvi "kekecewaan terhadap diri" (*mending jangan baca! hahaha).. apa sihhhhh?? ok. back to the topik

...
jadi aku kesel sama diri aku yang seolah-olah sok2'an kerjain ini ono.. ampe kyknya gak kepegang,
jdnya aku gak bertanggung jawab, gak maksimal melakukan apa2, ngelakuin kesalahan yang sama berulang-ulang!! ceroboh! aku sering ngerasa gak berguna jadi supervisor kamar, hikkssss... gak bisa manage kebersihan, dkk. rasanya gak sanggup ketemu anak2 kamarku. gak bertanggung jawab sama siswa LDTku, setengah2 di Sunday school, nilai2ku pada turun, gagal atur keuangan, bolos rapat commisioning karna prepare tugas2 kuliah, gak angkat2 telpn papa karna sibuk kegiatan ini itu. blablabla...

belum lagi ditambah pas kuliah, gak sengaja ngintip foto mantan bersama ce yang lagi dekat dengannya di meja kelompokku. galauuu bangett biz itu. brusaha stay cool, gak mau bikin temen2 yg lain jadi gak nyaman/khawatir sama aku. tambah pengen nangissss...

setelah kelas, cpt plng -> menenangkan diri di corner kasurku. Memang hanya dekat Allah saja aku tenang.
Ini yang Tuhan ingatkan dan aku mau share:

Psalm 23:4

Even when I walk through the darkest valley. I will not be afraid, for you are close beside me. Your rod and your staff protect and comfort me. 


Intimacy with God provides a close relationship that helps you see his personal touch on your life everyday. He is your shepherd and creator. He wants to communicate with you, watch out for you, care for you, advice you, and give you His joy and blessing. Work with him as he guides you, step by step. When you stay close to him, you will see him act on your behalf. Look for him in your life today, and you will notice Him.

 



Kamis, 19 April 2012

PRAGMATISME DAN PENDIDIKAN KRISTEN



Analisis bab 4 dari buku Philosophical Foundations of Education
(Howard A.Ozmon dan Samuel M Craver)


Sesungguhnya teori pragmatisme terlihat sangat baik. Terutama dalam dunia pendidikan saat ini. Salah satu contohnya terlihat dalam metode pengajaran yang berbasis student center seolah-olah sangat efektif dalam kemajuan dunia pendidikan. Namun setelah diteliti lebih lanjut sesungguhnya pandangan ini bertentangan Kekristenan. Sehingga pendidikan Kristen tidak mungkin menerima gagasan dan padangan pragmatismeee. (Namun tidak dapat dipungkiri pendidikan dipengaruhi pandangan tersebut, menurut George R Knight, kita dapat memilih mengunakan padangan tersebut namun  kesesuaian tersebut harus ditentukan dari perspektif Kristen.) Beberapa penyebab ketidakmungkinan hal ini adalah sebagai berikut:
Menurut George R Knight, pendidikan Kristen harus dibangun di atas sebuah pandangan Kristen mengenai realitas (Knight, 2009). Tuhan adalah realitas sentral yang menjadi dasar atas segala sesuatu (Rom 1:20). Segala sesuatu ada karena Allah ada. Sedangkan pendidikan pragmatismeee adalah humanis (human center) dimana manusia mejadi patokan dalam segala sesuatu. Pengetahuan manusia harus dinilai dan diukur dengan kehidupan praktis. Maka suatu teori dikatakan benar jika berfungsi praktis bagi kehidupan manusia.
Tidak ada kebenaran  mutlak dalam pragmatisme. Sehingga tidak ada kesadaran dan tujuan hidup diatas sebuah kebenaran yang mutlak. Kebenaran tidak terletak di luar dirinya, tetapi manusialah yang menciptakan kebenaran. Sedangkan dalam Kekristenan, kebenaran mutlak ada di luar dirinya yang hanya dapat dimengerti oleh manusia jika Tuhan pencipta yang mewahyukan. Wahyu Tuhan dinyatakan di dalam Alkitab yang diyakini orang Kristen sebagai kebenaran absolut (2 Tim 3: 16-17).
Perbedaan-perbedaan yang sangat mendasar tersebutlah yang membangun atau yang menjadi patokan saat memandang siswa, peran guru, isi kurikulum, metode pengajaran, dsb. (dapat dilihat lebih jelas dalam tabel perbedaan pragmatis dan Kekristenan). Sehingga jika kita memegang pragmatismeee, pendidikan tidak akan memiliki tujuan yang jelas karena bersifat sangat relative dan pendidikan akan menjauhkan siswa dari kebenaran bahwa mereka adalah warga kerajaan Allah.
Tabel. Perbedaan Pandangan Pragmatisme dan Pandangan Kristen
Pandangan mengenai
Perbedaan
Pandangan Pragmatisme
Pandangan Kristen
Realitas
Pragmatis berpandangan bahwa realitas harus berdasarkan pengalaman. Seseorang mengetahui tetang materi hanya saat mereka merasakannya dan merefleksikan pengalaman dengan akal budi (rasio).
Tuhan adalah realitas sentral yang menjadi dasar atas segala sesuatu (Rom 1:20). Segala sesuatu ada karena Allah ada
Kebenaran
Sebuah pernyataan diklaim sebagai benar jika dapat diuji dengan pengalaman. Sehingga pandangan ini tidak mengakui kebenaran absolut.
kebenaran mutlak ada di luar dirinya yang hanya dapat dimengerti oleh manusia jika Tuhan pencipta yang mewahyukan. Wahyu Tuhan dinyatakan di dalam Alkitab yang menjadi kebenaran mutlak.
Pengetahuan
Pengetahuan manusia harus dinilai dan diukur dengan kehidupan praktis. Maka suatu teori dikatakan benar jika berfungsi praktis bagi kehidupan manusia.

Allah adalah sumber dari pengetahuan. (Amsal 1:7). Segala kebenaran adalah kebenaran Allah. Manusia tidak pernah menciptakan sesuatu. Manusia hanya menemukan hal-hal yang Tuhan nyatakan.
Tujuan pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk menumbuhkan anak menjadi manusia yang mandiri, bertanggung-jawab, dan dapat memecahkan persoalan hidupnya sendiri.
Pendidikan sebagai pewujudan dalam usaha pengembalian gambar dan rupa Allah dalam murid dan rekonsiliasi murid dengan Tuhan melalui Kristus.
Guru
Guru sebagai fasilitator dan motivator. Guru berperan aktif menciptakan lingkungan belajar yang aktif (John Dewey)
Guru adalah agen rekonsiliasi. Guru tidak hanya sekedar memberi informasi atau menjadi fasilitator untuk membuat siswa mampu bermasyarakat, dll.
Murid
Murid mengetahui tentang materi saat mereka merasakan dan merefleksikan pengalaman dengan akal budi mereka.
Murid belajar untuk mengontrol tindakan sendiri. Mereka belajar untuk memiliki pengaruh yang kuat dalam komunitasnya, dan dapat berpartisipasi dalam setiap kesempatan yang ada. Orang yang sudah terdidik bertumbuh dengan cara seperti ini, dan pertumbuhan itu bergantung pada lingkungan baik yang diberikan.
Pendidik Kristen menyadari bahwa tiap murid adalah warga kerajaan Allah. Namun pendidik juga harus ingat bahwa apa yang ada terlihat dari perilaku luar siswa, inti permasalah sesungguhnya adalah dosa yang membuat image of God rusak namun tidak hilang. (Kej 3; 9:6)
Oleh karena itu guru harus mengakui dan menghormati individualitas, keunikan dan harga diri setiap anak karena mereka diciptakan oleh Tuhan yang adalah Pribadi agung,
Metode pengajaran
metode pengajaran yang diterapkan pun metode yang membuat siswa aktif belajar dan semua materi harus berdasarkan fakta-fakta.
Siswa bekerja dalam kelompok, dan mereka menghadapi berbagai masalah tentang jenis-jenis skema alokasi yang digunakan
Metode pengajaran haruslah mempertimbangkan etika Kristen yaitu menebus (mengembalikan hubungan-hubungan yang rusak karena dosa kepada keutuhan saat mereka diciptakan). Metode yang mengembangkan hidup yang seperti Kristus (George R Knight)
Kurikulum
Kurikulum pendidikan pragmatis berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum karena guru menyesuaikan bahan ajar sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Semua subyek berdasarkan hubungan pada eksistensi dan tujuan dari Tuhan-pencipta (George R. Knight).
Mengintegrasikan detil-detil pengetahuan dengan kebenaran Firman Tuhan. Karena segala kebenaran adalah kebenaran Allah.


REFERENSI
            Knight, George R. 2009. Filsafat & Pendidikan: Sebuah Pendahuluan dari Perspektif Kristen. Jakarta: Universitas Pelita Harapan Press




Have you reflect the Christ in you during the lecturing?


Have you ever think that as a student, whatever you do in the classroom is always related to your relationship with God?
Have you ever think that as you claim that you are a Christian-student, whatever you do determines whether Christ is glorified?
I have been thinking and found myself as a liar when I say, "I am a Christian student."

One of the students' policy is to not using handphone during the lectures.
But, without feels guilty, I often use my handphone when the lecturer are lecturing.

When I say, "I am a Christian student" and chose to use my handphone rather than being attentive to the lecturer, I have not lied to men but to God.

BUT, I need my handphone to communicate with others!
AND ALSO, our lecturers never reprimand us even if they see it!
It means: to use handphone during the lecturing is not a matter for our lecturers, as long as we do not disturb the lecturing process.

When there is no consequence, I rather to not obey the policy.
Am I a good Christian student?

How about you?

Through this note, I want to challenge you!!!
If you claim yourself as a Christian student, join me in a commitment to NOT USING HANDPHONE DURING THE LECTURES, START FROM TODAY!

Is it easy? No, it is not.
But believe me that your faithfulness in this small thing will leads you to be faithful in bigger things!

Whoever can be trusted with very little can also be trusted with much, and whoever is dishonest with very little will also be dishonest with much. (Luke 16:10)

*Feel free to share this note to other Christian students! :)